SHOPPING CART

close

Dia Dia Yang Menjadi Masa Lalu Dan Dia Saat Ini Menjadi Teka-Teki

Sharing is caring
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  

Melupakan adalah suatu hal yang tidak mudah, jika itu sengaja untuk memikirkan untuk melupakanya. Maka yang ada dipikiran kita adalah malah terbayang oleh apa yang akan kita lupakan. Semua orang punya rasa, dan semua orang punya jalan dan jalan pikirnya masing-masing. Terkadang kita bingung jalan mana yang akan kita tempuh, sampai-sampai kita harus mencoba jejak demi jejak jalan yang akan ditempuh. Terkadang jalan  itu terlihat beresiko,  namun selalu saja ingin mencoba demi mendapat sebuah jawaban dan apa yang kita inginkan.

Sampai suatu saat aku menemukan sesosok insan yang membuatku, seperti menemukan jejak baru. Saat itu lah masa laluku terlupakan begitu saja, dan tidak takut jika aku akan mengingatnya kembali. Entah apa yang membawaku sampai kesini, dan sebelumnya aku pun tak pernah menyadari dan juga tidak pernah peduli. Masalah demi demi masalah datang begitu saja, awalnya aku pun tak peduli dan tidak mau terjerat dalam masalah itu. Namun waktu dan hatiku tergerak begitu saja, bagai angin yang berjalan mulus membawa kedamaian. Membawaku untuk kembali mengungkap masalah yang terjadi, walau aku sebenarnya sudah biasa bertemu masalah seperti ini sebelumnya. Namun kali ini terasa beda dengan yang lain, sehingga aku merasa terbuka dan ingin mencoba lebih dekat lagi, karna saat itu aku juga merasa telah salah dan menyakiti.

Tapi yang selalu ada dalam benaku apakah dia merasa begitu sedih dan terhenyak gara-gara diriku?, pertanyaan itu lah yang selalu aku pikirkan. Apakah mungkin dia punya masalah dengan orang lain, dan kebetulan saja dia juga mempunyaai masalah dengan ku?, sehingga dia menjadi begitu lemah dan bersedih samapai-sampai rela mengeluarkan isak tangis. Itulah yang membuatku berani mendekat dan mencoba memahami apa yang sebenernya yang sedang terjadi.

Masalah demi masalah dengan dengan sosok orang itu sudah sudah biasa aku jalani, dan akhirnya aku pun terbiasa denganya. Sampai dialog demi dialog aku pun terbiasa, berckap-cakap dengannya, dengan alur yang santai dan damai. Akhirnya rasa demi rasa tumbuh begitu saja, dan adanya juga feedback diantara kita.

Bukan tentang paras atapun materi yang kupandang, namun tentang apa yang dapat ingin kulakukan untuk dapat mengubah kehidupan seseorang, yang sebelumnya aku biasanya hanya cukup mengingatkan dan menegur karna aku merasa pengalaman dan ilmuku dengan sesorang sebelumnya hampir setara. Namun tantanganku kali ini ialah bagaimana aku bisa merubah kehidupanya untuk lebih baik, aku tidak memandang buruk baiknya sesorang, aku pun juga merasa belum baik, karna aku juga pernah mengalami masa-masa lalu yang tidak begitu baik. Walau pun itu adalah tantangan yang cukup berat bagiku, untuk merubah diri sendiri untuk menjadi lebih baik saja sangat berat, apalagi merubah pola kehidupan sesorang untuk menajdi lebih dengan mengenalkan lingkungan kehidupan yang baik itu pasti tidak mudah, butuh juga pengorbanan dan juga kesabaran.

Saat itu aku merasa  berada di fase dimana aku hampir tidak peduli dengan orang-orang yang sebelumnya pernah aku pedulikan, masukan demi masukan, dikit demi sedikit, Alhamdulilah dapat ia dengarkan dan ia menegerti. Saat itu aku merasa bahagia sendiri dalam batin, saat melihat sudah ada gambaran untuk berubah. Waktu bergulir terus menerus bahkan kita sampai bagai terkena candu, terus menerus berinteraksi bahkan  lewat pesan telekomunkasi alat yang menggantikan saat kita tidak bertemu, canda tawa sering dilontarkan, saling mengingatkan, dan juga menguatkan jika ia merasa sedang jatuh dalam ruang kesedihan dan jurang masalah.

Namun ternyata ada fase-fase dimana aku merasa jatuh, terdiam dalam sepi,  memahami setiap situasi, dan selalu berusaha bersabar dan mengabaikan. Karna jika aku tetap terus berada pada jurang dimana entah aku harus mengatakan apa dan berbuat hal bodoh seperti apa, maka dari itu mugkin bahkan malah  hanya dapat menyiksa batin ini yang tidak bersalah, maka dari itu aku memutuskan untuk diam, agar hati ini dapat berdamai sendiri. Sebenarnya ada saat yang tepat dimana aku ingin berani mengugkapkan, namun hati selalu saja menjanggal bagai ada pembantas untuk sulit memasukinya. Otak, hati, dan badan seolah saling berkomunikasi. Memberi sigal agar aku tetap tidak mengambilkan tindakan yang itu jauh dari tujuan yang sebelumnya yang kuinginkan.Walau sebenarnya aku tidak takut mengahadapi resiko yang terjadi nantinya, namun tetap saja kuurungkan niatku dan mencoba mengabaikan keinginan untuk memiliki dan terus berusaha menjaga walau tidak sepenuhnya.

Aku kira sebelumnya aku yang dapat mengendalikan, seolah-olah aku yang mengendalikan situasi, tapi ternyata malah sebaliknya seolah-olah aku tergeser oleh permainannya dan aku berada dalamnya, digeser kesana kemari seolah menjadi permaiananya, melakukan sesuai kehendak yang ia suka. Walau pada akhirya aku juga dapat keluar sendiri dari permaianan itu dan kembali begitu saja dengan hati yang damai, masukan dan saran juga masih sering aku terima begitu pun sebaliknya, begitupun juga masalah yang ada pada dirinya sesekali sering juga ditimpahkan kepadaku, masih saja aku dengarkan dan berusaha memberikan balasan walau sebenarnya terkadang terdengar menyakitan, tapi selalu saja berusaha untuk kuabaikan. Mungkin dalam benaknya aku terlihat bodoh dan mudah diluluhkan. Namun sebenernya aku sedang menjawab sebuah teki-teki yang selama ini berada di puzle yang cukup rumit, dan setelah aku dapat menyelesaikanya.

Tinggalah aku yang mengatur mengatur puzle itu sendiri dan aku berusaha mengendalikan situasi ini dan mencari-cari teka-teki ini sediri dan membuatnya agar terlihat menarik. Tugasku kali ini ialah hanya sekedar mengingattkan dan menyampaikan apa yang bisa aku berikan. Menjaga bukan memiliki, karna hakekatnya jika memiliki itu adalah tanggung jawab besar kita untuk selalu menjaga dan memlihara dan itu pun pasti ada pada waktunya. Namun jika memiliki bukan pada waktunya, aku malah cenderung takut bukan menjaganya namun malah bisa merusaknya dan menjadikan wanita yang yang rendah martabatnya, yang seharusnya dimuliakan dan dijaga. Dan teka-teki ini menjadi teka-tekiku lagi, dan hanya aku yang mengerti dalam situasi, hati kecil sebenernya sedang menangis bahagia dan itu hanya diriku yang dapat merasakan dan menjelaskannya, ada waktunya kapan aku berhenti bermain atau terus melanjutkan. Dan semua ini juga tergantung feedback yang aku dapatkan, ada saat-saat terbaik dimana semua itu dapat realisasikan.

 

hopefully continued…..

 

 


Sharing is caring
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
Tags:

0 thoughts on “Dia Dia Yang Menjadi Masa Lalu Dan Dia Saat Ini Menjadi Teka-Teki

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

kami ada di facebook